Kemendikbud RI telah memberi aba-aba bahwa pada Tahun
Pengajaran (TP) 2013-2014, kurikulum baru pengganti KTSP akan dilaksanakan (Ad Experimentum) mulai dari SD dan
selanjutnya SMP, SMA/SMK. Tak ada riak-riak penolakan atas kebijakan perubahan
Kurikulum di kalangan akademisi, penyelenggara pendidikan atau pun pengguna
jasa pendidikan (orang tua dan peserta didik).
Pembicaraan tentang Kurikulum Baru itu, mengedepankan “softskill”
(kecakapan hidup) daripada “hardskill” (berbasis kompetensi sains). Tawuran
pelajar/mahasiswa hingga memakan korban peserta didik dan “bullying”
setidak-tidaknya memacu perubahan kurikulum itu yang digagas oleh Kemendikbud.
Dengan kata lain sekolah memiliki rapor merah terhadap pelaksanaan “pendikar”
(Pendidikan Karakter) siswa.
“Bagi saya, pelajaran anti korupsi di sekolah masih
membingungkan. Susah buat RPP untuk pelajaran ini. Saat saya merumuskan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya saya masih bingung. Apalagi membuat Indikator
Pencapaian Kompetensi. Padahal maksud dan tujuan materi “anti korupsi”
sebenarnya sudah tahu” cerita Ibu Connie ketika berdiskusi tentang pendikar beberapa waktu lalu saat rehat
dari mengajar bahasa Jerman.
Tidak gampang membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
untuk materi ajar terkait dengan “softskill”.
Pengalaman ini juga saya alami ketika Minggu yang lalu (18/11) mengajak
13 siswa Papua yang disiapkan untuk studi lanjut ke Jerman, untuk mengikuti
pelatihan “table manner” di Hotel Peninsula Manado.
Siang itu, pukul 10.15, saya dan rombongan diterima dengan ramah
di lobby hotel oleh Bapak I Putu Anom, Manager Director Food and Beverage
Sintesa Peninsula Hotel, Caroline Septiana Sondakh, Sales Executive dan empat staffnya. Selanjutnya kami diarahkan ke
lantai dua di ruangan Allamanda untuk mengikuti pelatihan table manner.
Sejuknya ruangan ber-AC sejenak hilangkan penat perjalanan dan gerahnya panas
Manado.
“Table Manner adalah cara bersikap dan berperilaku di meja
makan” kata Putu Anom mengawali pelatihan di hadapan 13 siswa Losnito Intensive
Program, dan 5 tim pendamping lainnya melalui LCD Projector. Dalam pelatihan
itu, pak Putu ditemani 4 manager dan 2 koki yang membantu pelatihan table
manner. Saat presentasi, suasana sedikit tegang. Bayangkan saja, para studen
yang saya bawa berasal dari Jayapura, Kerom, Jahu, Wamena dan baru pertama kali
ikut pelatihan di hotel berbintang.
Mereka terbiasa makan dengan lahap dan banyak. Kini dalam
pelatihan, mereka dilatih bagaimana makan ber-etiket. Mereka harus
memperhatikan bagaimana cara duduk, cara memakai serbet, cara berbicara, cara
menggunakan alat makan, cara menghidangkan makanan, cara menggunakan alat makan
di atas meja dengan menu yang disajikan, cara minum.
“Wouw, baru kali ini saya tahu dan paham bahwa di dunia
International ada etiket atau tata krama orang makan” komentar Elkana Ginia,
asal Keerom, yang saat di SMA Negeri 1 Arso menjadi salah satu tim pembuat
Video Remaja Inspiratif 2012, yang berjudul “Ada Apa Deng Kitorang Pu Sekolah”.
“Table Manner itu membuat saya sadar akan sikap saya selama
ini dalam hal makan. Saya akui saya salah dalam cara duduk yang kadang angkat
kaki saat duduk di kursi. Ngobrol saat masih mengunyah juga sering tak sadar
saya lakukan. Begitu pula cara minum yang langsung digelontorkan ke mulut
hingga berbunyi. Ahhhh….. hebat pokoknya pelatihan ini” kata Egi nama panggilan
Elkana sambil mengingat apa yang diajarkan oleh Pak Putu tentang cara minum
beretiket. Pegang bagian bawah gelas berkaki, pastikan mulut bebas dari makanan
saat minum, lap bibir sebelum minum supaya tidak meninggalkan bekas pada bibir
gelas. Hindarkan bunyi pada waktu meminum. Jangan berkumur jika sedang minum.
Setiap peserta duduk di meja bundar berkapasitas 6 tempat duduk. Ada tiga meja bundar disiapkan. Di setiap tempat duduk sudah diset-up peralatan makan seperti apetizer knife, soup soon, apatizer knife, napkin, dinner fork, apetizer fork, b&b plate, desert fork. desert spoon. Setiap meja sudah diset-up dengan peralatan makanan dan informasi menu makanan yang akan dipratekkan. Tertulis dalam menu itu, mulai dari appetizer, soup, main course, desert. Secara berurutan menu itu disajikan seiring dengan cara menghidangkan dan menggunakan alat makan sesuai dengan menu yang disajikan.
“Bertha, kok kelihatan tegang sih cara kamu makan” kata
salah satu waiters saat melihat peserta tampak kaku menggunakan alat makan.
Bertha yang disapa, tampak tersenyum. Ia menyadari ketegangannya saat
mempratekkan berbagai macam jenis alat makan dengan berbeda fungsi dan sekali
pakai.
“Macam-macam jenis alat makan itu, bikin saya tegang. Tapi
itulah cara mengenal standar makan secara Internasional. Terus terang baru
pertama kali saya pegang barang-barang itu. Ternyata urutan makan pun diatur.
Saya jadi ingat kalau breakfast di Hotel dengan model buffee yang sediakan
berbagai macam makan. Besok kalau saya mau inap di hotel berbintang, pelajaran
table manner akan saya pratekkan. Yang mana dulu yang saya makan. Hahaha saya
sering makan buah dulu karena takut kehabisan” kata Bertha yang sejak SMP
pindah dari Wamena ke Jayapura, sambil ketawa mengingat kebiasaan lamanya yang
makan tanpa berurutan seperti itu.
Bagi sebagian besar peserta, pelatihan Table Manner memang
mengubah mindset dalam hal makan, khususnya santun beretiket dalam makan.
Berperilaku sopan dalam makan, setidak-tidaknya tidak mempertentangkan budaya
yang dibawa oleh setiap peserta tetapi berkontribusi dalam membangun budaya
yang maju dan baik seiring dengan pergaulannya di dunia Internasional kelak
jika mereka sampai di Jerman untuk studi.
Pelatihan table manner di Sintesa Peninsula juga dilengkapi
dengan melihat langsung bagaimana pihak hotel mensetting fasilitas president
suite room yang berharga mulai 7 juta semalam hingga dua juta per malam. Karena baru pertama kali masuk di ruang
sangat eksklusif yang katanya pemandu, pernah dipakai oleh Presiden RI, maka
para peserta memanfaatkan untuk berfoto ria. Melihat fasilitas kamar yang lengkap itu, serentak bilang woouwww…
Sebenanrya pelatihan di hotel disepakati, 2 jam teori 1 jam
pratek. Namun nyatanya kami meninggalkan hotel pada pukul 16.00 artinya hampir
lima jam lebih kami berada di hotel. Ini disebabkan oleh antusias para peserta
yang aktif dalam diskusi dan tanya jawab. Mengubah sikap dan karakter mereka
dalam etika makan, memang berbenturan dengan budaya yang dibawa oleh para
peserta. Namun buka berarti tidak bisa. Itulah makna pembelajaran yang perlu
ditindaklanjuti dalam kehidupan kesehariannya.
“Tata krama dalam makan ternyata ada ya Pak. Sangat
bermanfaat mengikuti pelatihan table manner di hotel kemarin” kata Alfeus
Haselo yang diiyakan oleh teman-temannya setibanya di asrama. Saya kemudian
membayangkan, seandainya tata krama itu menjadi materi ajar di sekolah-sekolah,
ada harapan kecakapan hidup student bisa masuk dalam Kurikulum Baru.
Note: Dinner Meeting Package Rp. 165.000,- net/person/day, 1 time Buffet Lunch or dinner, Free function room usage for max 4 hours.
Note: Dinner Meeting Package Rp. 165.000,- net/person/day, 1 time Buffet Lunch or dinner, Free function room usage for max 4 hours.
0 komentar:
Post a Comment